Saturday, September 11, 2010

Do'a dulu, baru Ikhtiar

Aku kaget bukan main. Ketika saku celana kuperiksa, ternyata HPku sudah tidak ada. Aku panik, bingung harus berbuat apa. Rasanya ingin segera mencari HP itu, tapi aku belum sholat Ashar dan jadual kuliahku sudah lewat 15 menit. Sambil memikirkan kemungkinan lokasi HP itu hilang, aku melangkah menuju musholla Fakultas Teknik untuk sholat Ashar. Sambil berjalan aku berdo’a agar diberi kemudahan oleh Allah untuk mendapatkan kembali HP itu. Selesai sholat, do’a itu kupanjatkan sekali lagi.

Setelah berdo’a, pikiranku mulai tenang. Aku melangkah menuju ruang kuliah K-204. Saat tiba di kelas, P’Halim, dosen yang mengajar sore kemarin sedang menyampaikan materi kuliahnya. Nampaknya, kuliah belum berlangsung lama. Baru slide ke-3. Kucoba untuk menenangkan diri dan berusaha memperhatikan penjelasan dari beliau.

Sulit rasanya untuk bisa mengikuti kuliah sore itu dengan baik. Pikiranku belum bisa lepas dari HP itu. Kucoba meminta bantuan seorang teman untuk menelpon nomor kontak HP yang hilang itu. Sayangnya, ponsel teman tersebut sedang lowbat. Akhirnya, kucoba bersabar menunggu hingga perkuliahan selesai. Saat P’Halim mengakhiri kuliah sore itu, kucoba lagi minta bantuan teman yang lain. Alhamdulillah, bisa. Saat kutelpon, HP itu aktif dan ada yang menjawabnya. Suara seorang wanita.

Selama ini, saya percaya anggapan banyak orang bahwa di zaman ini sudah sangat sulit menemukan orang yang baik. Sebaliknya, begitu mudah mendapatkan orang yang jahat. Halaman koran tidak pernah sepi dari berita kriminal. Rupa-rupa bentuk tindakan kriminal dan modus operandinya. Demikian pula tayangan di tv. Jangankan untuk mengembalikan barang yang ditemukan, barang yang ada di tangan orang pun seringkali dicopet, dirampas, atau dirampok. Tapi sejak kejadian yang dialami istriku bulan lalu, aku mulai ragu dengan anggapan itu. Saat itu, HP istriku terjatuh di dalam KRL jurusan Jakarta-Bogor yang ia tumpangi. Ia baru sadar kalau HPnya hilang saat turun dari KRL itu. Tak disangka, HP itu ditemukan oleh seseorang yang mau mengembalikannya tanpa meminta imbalan apapun.

Sore kemarin, aku mengalami peristiwa serupa. Wanita yang menemukan HPku itupun juga adalah orang yang baik. Dia segera memberitahu alamatnya ketika kunyatakan keinginanku untuk segera mengambil HP itu. Setelah buka puasa di masjid kampus UI dan menjemput anak-istriku di sana, kami pun segera menuju rumah yang dimaksud. Jl.Margonda No.23 antara Restoran Sederhana dan Martabak Kubang, demikian alamat yang tertera pada sms wanita itu di ponsel temanku. Saat tiba di depan rumah itu, ternyata wanita itu sudah menunggu dengan seorang temannya. Tanpa banyak tanya, ia langsung menyodorkan HP itu padaku dan memberitahukan tempat HP itu ia temukan, di depan fakultas Hukum UI. Sepertinya HP itu terjatuh dari saku celanaku saat berlari mengejar bikun (bis kuning UI) yang baru saja berhenti di halte depan fakultas Hukum.

Seperti bapak yang menemukan dan kemudian mengembalikan HP istriku bulan lalu, wanita yang menemukan HP itu pun tidak meminta imbalan apapun. Malah ia menolak ketika kusodorkan kantong plastik berisi sekaleng biskuit dan sebotol minuman sebagai tanda terima kasih. Ketika istriku menanyakan namanya, ia memperkenalkan dirinya. Namanya Tika, seorang mahasiswi S2 UI jurusan Psikologi. Semoga Allah memberi pahala yang besar atas kebaikan hatinya.

Terlepas dari kebaikan hati kedua orang yang kuceritakan di atas, ada satu pelajaran berharga yang kami dapatkan. Saat kejadian yang kami alami masing-masing, saya dan istri mendahulukan do’a sebelum ikhtiar. Sebelum mencoba mengecek keberadaan HP itu, saya memohon pada Allah agar diberi kemudahan mendapatkan kembali HP itu. Do’a tersebut kupanjatkan setidaknya dua kali. Hal yang sama dilakukan istriku ketika HPnya terjatuh di kereta. Sebelum mengecek keberadaan HPnya, ia memohon pada Allah semoga HP itu ditemukan oleh orang yang baik hati.

Inilah hikmah besar yang kami peroleh di samping rasa syukur karena masih ditakdirkan memiliki HP itu kembali. Mendahulukan do’a daripada ikhtiar adalah salah satu prinsip dalam aqidah Islam. Sebesar apapun ikhtiar yang kita lakukan tidaklah akan berhasil jika Allah tidak menghendaki itu terjadi. Maka, tidaklah pantas seseorang terlalu PeDe dengan ikhtiarnya, sehingga ia baru memanjatkan do’a ketika semua upaya telah ia lakukan dan belum ada hasilnya. Yang seharusnya kita lakukan adalah memohon pada Allah lebih dulu, kemudian ber-ikhtiar, dan diakhiri dengan tawakkal pada-Nya. Wallaahu a’lam.

Depok, 7 Sept 2010

1 comment:

  1. Wah... subhanallah... Kekuatan doa dipadu baik sangka dan tidak lupa upaya, berbuah hasil terbaik sesuai dengan persangkaan hamba kepada Tuhannya. Memang... orang baik itu masih ada. Semoga semakin banyak yang terinspirasi oleh kisah ini, dan jadi orang baik juga ;)

    ReplyDelete