Friday, November 23, 2018

Tantangan Transportasi

Tinggal jauh dari kantor dan sekolah anak-anak memang mengundang banyak tantangan. Itulah yang kami hadapi sejak pindah domisili dari daerah BTP di Tamalanrea ke daerah Tamangapa. Tantangan terbesar kami adalah masalah transportasi; dari rumah ke kantor/sekolah, dan sebaliknya. Tapi kami sudah bertekad untuk menghadapi tantangan itu.


Bulan pertama tinggal di Tamangapa adalah masa adaptasi. Karena itu kami memutuskan untuk tidak mencoba tantangan yang terlalu berat. Untuk transportasi sehari-hari, dari rumah ke kantor dan ke sekolah anak-anak, kami masih menggunakan jasa transportasi online. Bukan kami berlima. Hanya istri saya dan kedua anak kami yang masih TK dan SD. Saya beserta anak kami yang SMP tetap mengendarai motor. Kantor saya dan istri ada di daerah Tamalanrea. Begitu pula sekolah anak kami yang TK dan SD. Sekolah anak kami yang SD juga adalah kantor istri saya, sedangkan sekolah yang TK berjarak sekitar 250 meter dari yang SD. Sementara itu, anak kami yang SMP bersekolah di daerah Biringkanaya, lebih jauh lagi jaraknya dari Tamangapa. 

Sebulan setelah menjalani aktivitas keseharian dengan model transportasi seperti itu, kami melakukan evaluasi. Ternyata cukup mencengangkan. Transportasi sebulan itu menelan biaya kurang-lebih 1,8 juta. Wah, ini bahaya bagi kas kami. Banyak pula komentar dari teman-teman sekantor istri saya. Mereka menganggap kami punya uang banyak. Ada juga yang bilang bahwa uang sebesar itu bisa dipakai untuk mencicil barang mewah. 

Kami mencoba cara lain, meskipun lebih beresiko. Kami menggunakan sepeda motor. Kebetulan kami punya 2 motor, meskipun yang satu sudah terbilang tua (Produksi tahun 2005). Menempuh jarak lebih dari 15 Km sekali jalan bukan tantangan ringan, tapi untuk sementara, itulah yang menjadi pilihan terbaik bagi kami.

Akhirnya, pada hari Selasa, 6 November 2018, kami mulai berangkat ke kantor dan sekolah dengan 2 motor. Istri saya membawa anak kami yang SD, sedangkan saya bersama dengan kedua anak kami yang lain. Kami jalan beriringan. Ujian pertama muncul hari itu juga. Baru sekitar 4 Km dari rumah, tiba-tiba ban motor yang saya pakai bocor. Akhirnya, istri saya dan kedua anak kami melanjutkan perjalanan dengan jasa transportasi online, sedangkan saya tetap mengantar anak yang SMP dengan motor yang satunya. Motor kami yang bannya bocor kami simpan di depan sebuah toko karena belum ada bengkel yang buka pagi itu.

Ujian demi ujian menghampiri kami sejak mencoba model transportasi baru (dengan 2 motor). Anak yang harus dihukum karena terlambat tiba di sekolah, badan yang pegal-pegal karena jarak yang jauh dan jalan yang macet, dan beberapa ujian yang lain. Kami masih terus mencoba simulasi-simulasi terbaik dalam merencanakan keberangkatan dari rumah agar tidak ada yang terlambat. Kami juga masih terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan tantangan lain yang bisa datang. Kami yakin bahwa ini adalah cara Allah mendidik kami agar menjadi orang-orang yang kuat dan tidak mudah menyerah pada tantangan hidup. Kami juga meyakini bahwa kesulitan-kesulitan yang kami hadapi adalah pintu-pintu kecil yang Allah siapkan untuk menuju kepada kehidupan yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment